Basarnas Resmi Tutup Operasi Pencarian Korban Ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: 67 Orang Meninggal Dunia

Daftar Isi


Jakarta, Wacana Publik - Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) secara resmi menutup operasi pencarian dan pertolongan terhadap korban ambruknya gedung Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo. Penutupan operasi dilakukan pada hari ke-9, Selasa (7/10), melalui apel gabungan yang dihadiri oleh seluruh unsur SAR dan dipimpin langsung oleh Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii.

Acara penutupan tersebut berlangsung penuh haru di selasar gedung lama pesantren, tempat para petugas sebelumnya berjibaku menyelamatkan korban dari tumpukan puing. Syafii dalam sambutannya menyampaikan apresiasi mendalam kepada semua pihak yang telah bekerja siang dan malam sejak tragedi itu terjadi pada 29 September lalu.

“Dengan demikian, operasi pencarian dan pertolongan korban resmi saya tutup,” ujar Syafii saat memimpin apel penutupan operasi di lokasi kejadian. Ia menegaskan bahwa seluruh area reruntuhan kini telah dinyatakan bersih dari material bangunan, dan Basarnas memastikan tidak ada lagi korban yang tertinggal di bawah puing.

Area Reruntuhan Sudah Bersih Total

Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa lokasi ambruknya gedung pesantren kini sudah bersih dari tumpukan beton dan material berat. Hanya terlihat kerikil, sisa-sisa pecahan bangunan, dan beberapa bilah besi yang masih tertancap di tanah. Dua unit ekskavator dan satu alat berat crane juga tampak terparkir di sekitar lokasi sebagai tanda bahwa operasi lapangan telah rampung sepenuhnya.

Syafii menjelaskan, selama sembilan hari pelaksanaan operasi, seluruh potensi SAR telah berkoordinasi dengan baik untuk melakukan evakuasi korban dan pembersihan material bangunan. Proses yang panjang dan melelahkan itu berhasil menyingkirkan seluruh puing tanpa meninggalkan korban di dalam reruntuhan.

“Kegiatan yang telah dilaksanakan sejak tanggal 29 September hingga hari ini telah menyelesaikan seluruh tahapan pencarian dan pemindahan material bangunan yang runtuh,” ungkap Syafii dalam keterangannya.

Operasi Resmi Ditutup, Pengawasan Dilanjutkan BNPB

Dengan berakhirnya operasi Basarnas, penanganan pascakejadian kini sepenuhnya dialihkan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama pemerintah daerah. Mereka akan melakukan tahap lanjutan berupa pengawasan, pemulihan psikologis korban, serta pendataan ulang kebutuhan rekonstruksi bangunan pesantren.

“Apa yang kita tutup hari ini adalah koridor pencarian dan pertolongan. Untuk tahapan selanjutnya, rekan-rekan dari BNPB dan pemerintah daerah akan menindaklanjuti proses pemulihan dan pembangunan kembali,” tutur Syafii.

Ia menambahkan bahwa sinergi antara lembaga pusat dan daerah menjadi faktor penting dalam proses penanganan bencana seperti ini. Basarnas, kata dia, tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan dari unsur-unsur lain, termasuk TNI, Polri, relawan, PMI, BPBD, hingga masyarakat setempat yang turut membantu.

Apresiasi untuk Semua Unsur SAR dan Relawan

Dalam kesempatan itu, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii juga memberikan penghargaan secara simbolis kepada seluruh unsur SAR yang telah berpartisipasi dalam operasi pencarian. Penghargaan tersebut merupakan bentuk apresiasi atas dedikasi, kerja keras, dan solidaritas semua pihak dalam menyelamatkan korban.

“Terima kasih atas sinerginya selama ini. Mudah-mudahan apa yang sudah dilakukan teman-teman di lapangan tidak sia-sia dan menjadi amal ibadah,” ucapnya penuh rasa haru.

Selain kepada tim penyelamat, Syafii juga menyampaikan terima kasih kepada awak media yang telah setia meliput dan memberikan informasi akurat kepada publik selama operasi berlangsung. Ia menilai, peran media sangat penting untuk menyampaikan perkembangan situasi secara transparan dan mendorong solidaritas masyarakat.

Pengabdian dan Nilai Kemanusiaan di Tengah Duka

Penutupan operasi ini bukan hanya menandai akhir dari proses pencarian korban, tetapi juga menjadi refleksi tentang nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas. Syafii menyebut kerja keras para petugas SAR di lapangan merupakan bentuk nyata pengabdian terhadap sesama manusia.

“Artinya, ini menjadi bagian dari amal ibadah bagi teman-teman yang telah berjuang menyelamatkan korban. Apa yang dilakukan tim rescue adalah bentuk kemanusiaan yang luar biasa,” ujarnya.

Para petugas SAR diketahui bekerja tanpa henti di bawah kondisi cuaca ekstrem dan medan yang sulit. Mereka harus menghadapi tumpukan material beton yang keras, keterbatasan waktu, serta risiko keselamatan diri. Namun semangat mereka tidak pernah surut untuk mengevakuasi setiap korban.

Korban Tragedi: 171 Orang, 67 Meninggal Dunia

Berdasarkan data akhir yang dirilis oleh Basarnas, total korban akibat ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khoziny mencapai 171 orang. Dari jumlah tersebut, 104 korban dinyatakan selamat, sementara 67 lainnya meninggal dunia, termasuk 8 bagian tubuh (body part) yang berhasil ditemukan di antara puing reruntuhan.

Data tersebut menjadi catatan kelam sekaligus pengingat penting akan pentingnya penerapan standar keamanan bangunan, terutama di lingkungan pendidikan. Banyak pihak menyoroti perlunya audit konstruksi terhadap bangunan pesantren di berbagai daerah untuk mencegah terulangnya kejadian serupa.

Pemerintah Daerah Siapkan Langkah Pemulihan

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo bersama BNPB telah menyiapkan langkah-langkah lanjutan untuk membantu keluarga korban. Bantuan berupa santunan, layanan trauma healing bagi santri yang selamat, serta rencana rekonstruksi bangunan pesantren menjadi prioritas utama.

Pihak pesantren juga telah menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proses evakuasi. Mereka berharap kejadian tragis ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk memperkuat sistem keamanan bangunan dan kesiapsiagaan bencana di masa mendatang.

Evaluasi dan Pembenahan Sistem Konstruksi Bangunan Pendidikan

Tragedi di Ponpes Al Khoziny menjadi perhatian serius bagi pemerintah pusat dan daerah. Kementerian PUPR bersama instansi teknis lain berencana melakukan evaluasi terhadap struktur bangunan pendidikan berbasis asrama, terutama yang menggunakan material berat di wilayah padat penduduk.

Langkah ini dinilai penting untuk memastikan bahwa standar keselamatan konstruksi benar-benar dipatuhi, baik di sekolah negeri maupun swasta. Basarnas pun menegaskan siap memberikan dukungan teknis apabila diperlukan dalam simulasi evakuasi bencana di lingkungan pendidikan.

Kolaborasi dan Kemanusiaan Tak Pernah Berakhir

Meski operasi Basarnas telah berakhir, semangat kolaborasi dan solidaritas antarlembaga tidak berhenti di sini. BNPB, pemerintah daerah, dan masyarakat akan terus bergandengan tangan untuk menata kembali pesantren yang menjadi simbol perjuangan para santri.

Tragedi ambruknya gedung Ponpes Al Khoziny memang meninggalkan duka mendalam, tetapi juga menunjukkan kekuatan gotong royong bangsa Indonesia dalam menghadapi situasi sulit. Seperti disampaikan Syafii dalam pidato penutupan, “Setiap langkah penyelamat adalah bentuk cinta kepada kemanusiaan.”

Dengan semangat itu, seluruh pihak berharap agar kejadian serupa tidak terulang, dan setiap institusi pendidikan di Indonesia semakin memperkuat aspek keselamatan dan kesiapsiagaan bencana demi melindungi generasi penerus bangsa. (wp)

Posting Komentar